Semua orang yang pernah patah hati tahu bahwa ini adalah salah satu
perasaaan paling sakit dalam hidup ini. Perceraian, mengakhiri suatu
hubungan panjang, atau menyadari bahwa ternyata hubungan yang kita harap
berakhir sukses di pelaminan justru gagal di tengah jalan. Apapun
alasannya, patah hati dapat melukai kita lebih dalam dari yang pernah
kita bayangkan bisa terjadi, memberikan rasa sakit yang kita nggak
pernah pikir ada.
Perempuan dan laki-laki, perasaannya pasti
sama. Mungkin ada beberapa yang bisa menutupinya dengan baik atau
mengatasinya lebih cepat dibanding yang lain, misalnya dibantu dengan
kehadiran orang baru atau kesibukan yang luar biasa. Tapi kita tahu
bahwa seberapa pun seringnya terjadi, yang namanya patah hati nggak
pernah mudah. Apalagi menyembuhkan lukanya.
Berdasarkan beberapa
patah hati yang pernah saya alami, ada beberapa hal yang mungkin bisa
membantu mempercepat proses pemulihan hati kita.
1. Buat pikiran menjadi sibuk
Tapi
bukan sibuk mikirin si mantan, ya. Fokuskan pikiran kita kepada hal
lain—jangan hanya bengong dan melamun di rumah tanpa melakukan apa-apa.
Kalau itu sih, tanpa bisa dihindari, pikiran pasti akan balik lagi ke si
dia. Habiskan waktu dengan teman, olahraga, atau melakukan kegiatan
lain yang selama ini nggak sempat kita lakukan. Lakukan apapun yang bisa
membuat pikiran kita sibuk dan nggak sempat memikirkan si mantan.
Semakin
sedikit kita memikirkan dia, akan semakin lebih mudah untuk move on.
Lagipula, untuk apa menghabiskan waktu memikirkan dia? Kayak dia mikirin
kita aja...
2. Berhenti berandai-andai dan menganalisis ‘kenapa ini terjadi pada saya?’
Karena
jika kita bertanya kepada Tuhan, bisa jadi jawabannya adalah, ‘Kenapa
nggak?’ Ada alasan mengapa kita mengalami hal tersebut dan percayalah
bahwa kita nggak akan pernah diberikan cobaan yang melebihi kemampuan
kita.
Menyibukkan pikiran kadang nggak mudah. Pada situasi saat
ada pikiran (dan waktu) kosong, bayangan si mantan mungkin saja kembali
tanpa bisa kita cegah, dan kita kembali bertanya-tanya kenapa itu
terjadi. Belum lagi kata-kata ‘seandainya’ yang membuat awan gelap
kembali memenuhi isi kepala kita: seandainya dulu kita begini,
seandainya kita berjuang lebih keras, seandainya kita—ah, pokoknya ada
sejuta seandainya yang lain yang kita pikir bisa membuat keadaan lebih
baik.
Kita nggak bisa kembali ke masa lalu dan mengubah keadaan.
Jadi, daripada tenggelam di dalam kata ‘seandainya’ dan memberikan
siksaan kepada diri kita terus menerus, setiap kali si mantan muncul di
pikiran—segera enyahkan. Pikirkan hal lain yang lebih produktif dan
menyenangkan. Misalnya mencari foto Ryan Gosling shirtless. Oke,
walaupun itu nggak produktif tapi kan menyenangkan. Seenggaknya kita
melakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatian dari si mantan.
3. Buat daftar (sepanjang mungkin) alasan mengapa dia bukan orang yang tepat untuk kita
Sesaat
setelah putus (atau untuk yang susah move on: bertahun-tahun
sesudahnya), mungkin kita masih merasa bahwa dia adalah orang yang
sempurna untuk kita, dia adalah prince charming, dan mengakhiri hubungan
ini adalah kesalahan terbesar dalam hidup kita. Kenyataannya, mungkin
nggak.
Membuat daftar tentang kekurangan, kesalahan, kebiasaan
dia yang membuat kita sebal dan sejuta hal negatif lain tentang dirinya
bisa membuat kita berpikir bahwa sebenarnya dia nggak sesempurna itu dan
mungkin saja sebenarnya kita lebih baik hidup tanpanya. Lihat bagaimana
satu per satu hal dalam daftar tersebut berdampak pada hubungan
kita—dan bukalah mata bahwa sesungguhnya dia bukanlah ‘the one’ yang
selama ini kita cari.
4. Fokus pada masa depan
Dulu,
setiap kali patah hati, doa saya selalu sama: ‘Jika memang dia untuk
saya, maka tolong permudah jalannya. Jika tidak, sembuhkan lukanya, dan
biarkan orang yang tepat masuk ke dalam hidup saya.’ Kalau kita masih
berpikir tentang masa lalu, akan sulit untuk melangkah ke masa depan,
dan akan berat kita membuka diri terhadap kemungkinan bahwa ada orang
yang tepat untuk kita di luar sana.
5. Lepaskan semua hal yang berhubungan dengannya
Caranya
ekstrem pun nggak apa-apa. Teman saya ada yang mem-block Facebook dan
menghapus semua foto si mantan, kemudian menenggelamkan diri menonton
film sedih sambil makan es krim dan cokelat. Nggak lupa meringkuk di
bawah selimut sambil menangis, menelepon sahabatnya tengah malam hanya
untuk menyumpah tentang si mantan.
Buat saya, itu nggak apa-apa.
Karena kadang kita memang butuh pelepasan. Ini memang seperti pelarian
sesaat, namun setelah itu jangan lupa lakukan empat poin lain yang ada
di atas. Kalau kita nggak melepaskan perasaan ini, yang ada malah
terpendam dan pasti suatu saat akan meledak ke luar.
Kita nggak
mengalami proses ini sendiri. Kecenderungan kita adalah menuduh semua
orang nggak mengerti perasaan kita karena mereka nggak mengalami hal
ini. Percayalah, banyak orang yang mengalami hal yang sama. Hanya
mungkin saja mereka nggak se-drama kita. Dan kenyataannya adalah, selain
mereka telah mengalami patah hati (yang mungkin saja lebih berat dari
pada kita), mereka juga sudah sukses mengatasi hal tersebut. Dan nggak
ada alasan bagi kita untuk nggak berhasil move on seperti mereka.
Pada
akhirnya, saya percaya bahwa mengatasi patah hati adalah salah satu
proses penting yang perlu dilakukan dalam rangka menemukan the one.
Semakin cepat kita move on, maka semakin dekat kita dengan hubungan
sempurna yang kita idam-idamkan.
Walaupun saya juga nggak yakin bahwa ada hubungan yang sempurna, sih, tapi mengerti kan maksud saya?
Bagaimana dengan Anda? Apa resep penyembuh patah hati Anda?
Jumat, 15 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar